Rabu, 30 April 2014

KARTINI IS FEMALE IDOL


Kartini sangat berjasa bagi kaum wanita di indonesia ini karena perjuangan dan kegigihan beliau yang berupa ingin memajukan wanita indonesia dari kebodohan akan tetapi sebagian wanita indonesia ini tidak memahami betul arti kartini contoh nya wanita jaman sekarang ini lebih memilih untuk menikah dini dan itu sangat jelas berbeda dengan jaman nya kartini mereka berjuang agar mereka tidak menjadi bodoh yang hanya Cuma mengurus rumah tangga, anak dan suami mereka ingin pintar berkarir dan mempunyai masa depan cerah. Akan tetapi mimpi itu hanya menjadi hayalan saja bagi mereka karena keaadaan yang tak sepenuh nya mendukung. Jadi kesimpulan nya seharus nya wanita sekarang atau kartini sekarang harus mempunyai semangat juang yang tinggi seperti ibu kartini yang tak akan menyerah sebelum sesuatu yang sulit itu di luluhkan. Maka dari itu kita liat perjalanan beliau di bawah ini.


Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hinggaHamengkubuwana VI.





Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.


Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.


Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. (sumber wikipedia)



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar